NENEK
TUA TULANG PUNGGUNG KELUARGA
Penting untuk kebutuhan sehari-hari di nafkahkan oleh seorang
laki-laki yang kuat dan berjuang keras demi keluarga. pernyataan itu tidak
berlaku untuk seorang Rohanah berumur 50 tahun demi menghidupi keluarganya. Tidak
mengenal apa pekerjaan yang Ia lakoni dan tidak perduli berapa pengeluaran untuk
menhidupi keluarga. Inak Anah (panggilan akrab) memiliki 3 anak namun semuanya
sudah memiliki keluarga, dan ada anaknya yang tinggal di kalimantan sedangkan
cucunya bersama Inak Anah di Rumah.
Bermodalkan menjual gorengan keliling kampung, keliling Kampus Kota
Mataram dari IAIN Mataram, UNRAM, IKIP Mataram sampai gorengan yang Ia jajakan
belum habis terjual Ia tidak mau pulang.
Inak Anah setiap pagi harus bangun subuh untuk menyiapkan bahan-bahan pembuatan
gorengan, karna tidak ada yang membantunya untuk membuat gorengan. Inak Anah
adalah Nenek tua rentan yang masih ingin bekerja keras demi keluarga dan di Dusun
kebon talo Kecamatan Selaparang, Kota Mataram Ia singgah dan tempat memadu
kasih bersama keluarga.
Umurnya yang sudah setengah abad tak menghalangi niatnya untuk
terus berusaha menafkahi cucunya. Dia
tidak bosan menjalani rutinitas yang sudah lama Ia lakoni. Mulai berangkat
keliling menjajakan gorengan hasil buatannya setelah semua gorengan jadi dan
dikemas didalam Mika. Mulai berangkat setelah solat zuhur sampai gorengannya
habis, terkadang Inak Anah berteduh di bawah pohon pinggir jalan untuk beristirahat karna jarak
yang di tempuh cukup jauh sekitar 5 kilo meter dari tempat tinggalnya. Tak
jarang juga Inak Anah mampir ke tiap-tiap kelas kampus, dan terkadang singgah
di posko UKM kampus.
Terlihat dari fisik Inak Anah sudah sewajarnya Ia mendapatkan
wejangan dari anak-anaknya, air keringatnya mengalir deras dari kening dan
membasahi pipi serta kerudung yang Ia kenakan, betapa capeknya keliling Kota Mataram
di siang bolong dengan berjalan kaki menjajakan gorengan,’’Begitulah rutinitas
saya setiap hari, bangun subuh dan membuat gorengan setelah itu jalan dari Rumah
jam 12 siang dan mulai keliling jual gorengan sampai
gorengan ini habis,’’ Ucap Inak Anah sambil mengusap keringatnya.
Nenek ini tidak ingin menyusahkan anak-anaknya yang sudah menikah, karna Ia
menganggap dirinya masih mampu untuk bekerja, Tidak jarang Inak Anah di berikan
uang oleh anaknya namun terkadang ia menolaknya,’’ Mau bagaimana lagi selagi
saya masih bisa mencari uang sendiri ya saya harus lakukan, saya melakukan ini
juga biar tidak merepotkan anak-anak saya, kadang-kadang dikasih uang sama anak
saya , Tapi uang itu tidak cukup untuk makan setiap hari, belum lagi cucu di
Rumah banyak , Jadi harus siapkan banyak modal,’’ tuturnya dengan pelan.
Keliling Mataram niat ingin mendapatkan uang untuk menghidupi
cucunya di Rumah, dilakukan oleh seorang nenek sudah tidak pantas untuk itu
semua, namun Ia tidak mau putus asa, rutinitas itu tetap Ia lakoni meskipun
untung yang Ia dapatkan tidak sebanding dengan lelah yang Ia dapatkan,’’ Capek
sih jalan kaki keliling Mataram, Tapi mau gimana lagi, Hidup ini kita jalani
saja, Saya dapat untung dari jualan gorengan ini paling banyak 50 ribu itu pun
kalau rame, Kalau sepi paling-paling 40 ribu ,’’ ungkapnya .
Bagi Inak Anah yang penting kita mau berusaha, bukan hanya berdiam
diri di kamar dan menanti uang datang, selagi masih sehat dan kuat apa salahnya
kita melakukan apa yang kita bisa, dari aktivitasnya setiap hari menjual
gorengan , Inak Anah yakin dan berharap apa yang dilakukannya tersebut tidak
sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar